Sehelai Daun itupun Gugur

Pagi-pagi ini,

Sepi…

Akh …

Tidak!

Suara kokok ayam menghalau gelap gelagapan.

Kicau burung di pepohonan mengusir remang hingga terang.

Angin belum bersedia keluar dari sarangnya.

Rupanya ia masih pulas dalam mimpinya.

Agar ketika muncul, ia berkisah di telinga kaum,

Bahwa ada keheningan sepagi ini,

Dan kekeringan di siang nanti.

Hingga debu membalut kaki menendang.

Ketika pandang kuangkat,

Sehelai daun gugur,

Melayang ia terbang turun

Tanpa daya penahan raganya

Ia terus turun perlahan, dan perlahan lagi.

Hingga tiba di permukaan datar.

Ia tersenyum ringan padaku.

Aku trenyuh dibuatnya begitu.

Daun itu…

Berkisah ia tentang hidupnya yang sebentar saja.

Dari bertunas, menjadi dapur pada pohonnya

Menutrisi diri hingga akhirnya tak kuasa pada sang surya.

Menguning,

Memerah,

Terbang turun, jatuh.

Kering dan ringan dipermainkan angin

Hancur lebur dilumat debu dan bakteri.

Daun itu…

Telah gugur selamanya

By: Heronimus Bani

Koro’oto, 19 September 2019

Published by Heronimus Bani

Guru, membaca dan menulis mana suka

One thought on “Sehelai Daun itupun Gugur

Comments are closed.

Design a site like this with WordPress.com
Get started