Hari ini (25/09/20) saya kembali ke sekolah sebagaimana biasanya para guru pun kembali ke sekolah, tanpa siswa dalam jumlah besar. Hany ada 2 kelompok yang boleh ke sekolah hari ini. Satu kelompok kecil Kelas 2, dan satu kelompok kecil kelas 5. Lainnya belajar di Titik Kumpul dan Kunjung. Rasanya sejak pandemi covid-19 Maret 2020 dimana sekolah-seklah wajib menerapkan BdR, gedung (rumah) sekolah bagai “yatim” tanpa ayah.
Keriangan dan sedikit sering keributan pada anak-anak hilang di lingkungan sekolah. Sepi. Hening. Saya menebak-nebak saja, bahwa seandainya (tentu tidak boleh berandai-andai), BdR yang sekarang ini berlanjut dan berlanjut, bukankah gedung sekolah itu akan berwajah yatim? (aaz: anhuum koem ~ bagai yatim).
Saya membuat beberapa foto dari sudut berbeda lalu saya tulis bait puisi berikut yang saya tempatkan di akun Grup FB Tateut Pah dan halaman FB Heronimus Bani.
Balada Gedung Sekolah
Setelah menulis yang demikian ini, saya pun kembali ke dalam ruang-ruang kelas, mengabadikan dalam gambar. Lalu meminta kedua kelompok kecil itu pulang setelah menerima tugas dari guru mereka. Kami benar-benar tidak dapat melakukan apa yang disebut pembelajaran jarak jauh (PJJ). Kami belum tiba di loncatan pertama pada milenim yang ketiga ini. ha ha…
membangun pendidikan di desa membutuhkan energi tersendiri karena memiliki keunikannya tersendiri
LikeLike