Aku dan adikku yang menjemput di sekolah tiba. Seperti yang sudah kukisahkan sebelumnya, aku menahan suara tangis dan derai air mata, sekalipun semestinya dapat kulakukan. Begitu pula pada adik-adik-adikku, para ipar dan cucu. Beberapa orang sudah mulai menangis. Mereka dari kalangan kami sendiri. Ada semacam babak ratap-tangis di kalangan orang Timor Amarasi. Aku sebutkan demikian,ContinueContinue reading “Tangisan Senin Itu”